Bagikan:

JAKARTA - Untuk pertama kalinya Facebook mengungkapkan angka prevalensi dari konten ujaran kebencian yang muncul di platform-nya. Di mana 10 hingga 11 konten yang diunggah warganet ke Facebook di antaranya mengandung ujaran kebencian. 

Terlebih saat ini raksasa media sosial sedang diawasi ketat oleh lembaga pengawas kebijakan AS, terkait konten-konten misinformasi dan hate speech yang muncul selama pemilihan presiden AS. Sekali pun Faceboook telah menghapus lebih dari 265.000 konten di platform media sosialnya selama Pilpres AS. 

Dikutip dari Reuters, Jumat 20 November, Kepala keamanan dan integritas Facebook, Guy Rosen, mengatakan jika pihaknya telah mengambil tindakan terhadap 22,1 juta konten ujaran kebencian selama kuartal ketiga 2020. Sekitar 95 persen di antaranya diidentifikasi secara proaktif menampilkan ujaran kebencian.

"Facebook mengambil tindakan dengan menghapus, menutup dan menonaktifkan akun yang menyampaikan ujaran kebencian," kata Facebook.

Sementara itu, platform berbagi foto milik Facebook, Instagram, juga telah mengambil tindakan serupa dengan menghapus 6,5 juta konten terkait ujaran kebencian. Angka tersebut naik dari 3,2 juta unggahan sejak quartal kedua tahun 2020. 

Pada pertengahan tahun ini, kelompok hak sipil mengorganisir boikot iklan di Facebook yang meluas untuk mencoba menekan perusahaan media sosial itu agar bertindak melawan ujaran kebencian.

Sejatinya, Mark Zuckerberg dan CEO Twitter Jack Dorsey sempat dipuji oleh Kongres AS soal praktik moderasi konten yang dilakukan kedua media sosial tersebut selama pilpres. Sehingga menurunkan angka bias politik terhadap isu-isu terkait bernada kekerasan.