JAKARTA – Perkembangan teknologi hijau yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan semakin hari semakin diminati. Salah satunya oleh raksasa teknologi asal AS, Microsoft Corp.
Baru-baru ini Microsoft telah menginvestasikan 50 juta dolar AS di fasilitas LanzaJet di Georgia yang akan memproduksi bahan bakar jet dari etanol tahun depan, demikian diungkapkan oleh sumber di LanzaJet, yang dikutip Reuters.
Industri penerbangan selama ini dianggap salah satu yang paling sulit untuk didekarbonisasi. Bahan bakar penerbangan terbarukan menyumbang kurang dari 0,1% dari permintaan bahan bakar jet global saat ini sekitar 330 juta ton pada 2019, kata bank investasi Jefferies tahun lalu.
Pemerintah dan investor mencoba untuk meningkatkan insentif untuk memproduksi bahan bakar jet dengan emisi karbon yang lebih rendah.
Kini LanzaJet, yang berbasis di Chicago, mengatakan hampir menyelesaikan rekayasa di tempat di Freedom Pines Fuels Biorefinery, dengan rencana untuk mulai memproduksi 10 juta galon per tahun, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dan diesel terbarukan dari etanol berkelanjutan, termasuk dari limbah bahan baku, pada tahun 2023.
Perusahaan minyak, maskapai penerbangan dan perusahaan perdagangan minyak lainnya termasuk Suncor Energy Inc., British Airways dan Shell juga mendanai perusahaan tersebut.
Gedung Putih mengatakan tahun lalu bahwa mereka ingin menurunkan emisi penerbangan sebesar 20% pada tahun 2030, karena maskapai tengah menghadapi tekanan dari kelompok lingkungan untuk menurunkan jejak karbon mereka.
Pemerintahan Presiden Joe Biden juga telah menggembar-gemborkan kredit pajak untuk produksi bahan bakar jet berkelanjutan sebagai bagian dari undang-undang Build Back Better, yang saat ini terhenti di Kongres.
Uni Eropa bertujuan untuk meningkatkan jumlah SAF yang dicampur dalam bahan bakar jet minyak bumi menjadi 63% pada tahun 2050.
BACA JUGA:
Microsoft menciptakan Dana Inovasi Iklim pada tahun 2020 untuk menginvestasikan 1 miliar dolar AS selama empat tahun ke depan untuk mempercepat pengembangan teknologi penghilangan karbon.
Sementara Indonesia termasuk salah satu negara yang telah mengembangkan Bioavtur, campuran avtur dan minyak kelapa sawit. Bahkan Bioavtur Indonesia sudah sempat didemonstrasikan pada Oktober 2021.
Uji coba terbang bahan bakar bioavtur berhasil dilakukan pada pesawat CN-235 Flying Test Bed milik PT Dirgantara Indonesia pada 6 Oktober 2021. Uji coba terbang tersebut menggunakan campuran bahan bakar nabati 2,4 persen yang dicampur dengan avtur.
Sejarah tersebut tercipta berkat dukungan berbagai pihak dalam pengembangan bioavtur. Dengan kehadiran bahan bakar Bioavtur 2,4 persen (J2.4) tersebut dapat mendukung upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor penerbangan.