JAKARTA - Hari ini serentak masyarakat bumi mengampanyekan kesadaran global terhadap diabetes melitus. Diabetes melitus masuk daftar penyakit paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Peringatan Hari Diabetes sedunia pertama kali digaungkan oleh Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada 1991. Tiap tahunnya, mereka yang fokus mengentaskan penyakit ini, menggelar diskusi. Topik yang dibahas adalah gaya hidup yang berimplikasi terhadap penyakit itu, serta topik yang beririsan dengan penyakit yang diakibatkan karena kekurangan insulin seperti obesitas.
Peringatan Hari Diabetes internasional ini bertepatan dengan ulang tahun Frederick Banting. Dia bersama rekannya Charles Best dan John James Rickard Macleod, menemukan insulin pada 1922.
Tiap tahunnya pembahasan mengenai diabetes melitus difokuskan kepada topik-topik yang lebih spesifik. Tahun ini, IDF mengangkat tema Keluarga dan Diabetes karena pentingnya kesadaran terhadap diabetes dimulai dari keluarga. Peringatan itu turut menyuarakan peran keluarga dalam manajemen, perawatan, pencegahan, dan pendidikan diabetes, serta meningkatkan kesadaran dampak diabetes pada keluarga.
Penelitian IDF pada 2018 menemukan, sebagian besar orang tua memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes. Namun empat dari lima orang tua yang mengalami penyakit itu dikhawatirkan mengenali tanda-tandanya. Oleh karenanya menurut temuan tersebut, perlu pendidikan dan kesadaran untuk membantu orang menemukan tanda-tanda peringatan diabetes sejak dini.
Penyakit diabetes patut menjadi perhatian publik karena data WHO menyatakan penyakit ini masuk dalam daftar penyakit paling mematikan di dunia. Diabetes --yang masuk ke daftar penyakit tak menular-- jadi penyakit nomor 9 paling banyak menyebabkan kematian dengan perkiraan jumlah kematian 1,26 juta, persen kematiannya 2,2 per tahun.
Apabila dibandingkan dengan penyakit menular, menurut data WHO yang dikaji Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2018), penyakit ini menjadi penyebab kematian paling banyak di dunia sebanyak 63,50 persen.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir beberapa kali lipat sejak 1980, yang meningkat dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen pada populasi orang dewasa.
Sebagai bagian dari agenda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030, negara anggotanya telah menetapkan target untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular termasuk diabetes. Targetnya, menurunkan jumlah tersebut jadi sepertiganya, agar dapat mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan menyediakan akses terhadap obat-obatan esensial yang terjangkau pada 2030.
Diabetes di Indonesia
Di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit tidak menular termasuk diabetes menunjukan kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Pada 2013, prevalensi pengidap diabetes melitus tercatat sebesar 6,9 persen, lalu 2018 naik menjadi 8,5 persen.
Kemudian, hasil Riskesdas 2018 juga mencatat usia yang paling banyak menderita diabetes melitus berada pada rentang 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita diabetes melitus di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan (1,8 persen) daripada laki-laki (1,2 persen).
Apabila melihat dari kedaerahan, diabetes melitus tertinggi ada di DKI Jakarta dan terendah di NTT. Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9 persen) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0 persen).
Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.
Proses pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit Diabetes, Kementerian Kesehatan sudah punya program sendiri. Namanya CERDIK.
- Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.
- Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.
- Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki, membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.
- Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang berkarbonasi.
- Istirahat yang cukup.
- Kelola stres dengan baik dan benar.