JAKARTA - Pandemi COVID-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan. Dampak besar langsung dirasakan oleh indutri hiburan ketika syuting dihentikan, bioskop juga ditutup. Empat bulan bergelut dengan protokol kesehatan dan keselamatan, perusahaan hiburan merugi tanpa kecuali, termasuk MD Pictures yang dikelola Manoj Punjabi.
"Pasti, di awal pandemi itu sangat sangat sulit. Sulit itu bagi saya lihatnya lebih ke hikmahnya. Kadang kalau kita nggak ada musibah kita nggak akan belajar. Musibah itu membuat saya lebih cerdas lagi," ujar Manoj saat berbincang dengan Tim VOI di MD Place, Kuningan, Jaksel, Senin, 4 Oktober.
Beberapa hal yang harusnya dilakukan untuk menyehatkan MD Pictures selama ini ditunda karena merasa masih aman. Pandemi memberi jalan bagi Manoj untuk mereka ulang komposisi perusahaannya agar lebih efektif.
"Saya karena merasa masih aman, saya nggak lakukan. Karena musibah ini saya lebih gesit, harus sekarang dilakukan. Padahal itu yang saya ingin lakukan jauh-jauh hari. Lebih praktis, lebih efektif, karyawan jangan nganggur. Semua punya tanggung jawab, punya kesempatan. Makin saya jaga itu, perusahaan akan lebih sehat. Karyawan di MD Pictures pun lebih happy karena punya masa depan yang lebih cerah," paparnya.
Manoj berterus terang harus melepas karyawan di awal pandemi untuk menyehatkan perusahaannya. Langkah berat itu menjadi strategi agar bisa bertahan dan meraih untung kembali.
"Jadi di awal krisis saya harus let go beberapa karyawan. Tapi tahun ini kami sudah nambah lagi. Tapi nambahnya karena kami butuh, bukan karena kita harus mempertahankan sejumlah karyawan itu karena tidak enak," paparnya.
Bukan cuma bagian sumber daya manusia yang 'dibersihkan', Manoj juga mengubah arah kebijakan perusahaan untuk menyelamatkan MD Pictures dari pandemi COVID-19.
"Perubahannya seekstrim mungkin, benar-benar 180 derajat. Perubahannya sangat drastis, strateginya, pola pikirnya, rasa memiliki karyawannya, tanggung jawab karyawannya beda banget. Jujur, krisis ini membuat kita lebih bagus lagi. Dan saya mungkin rugi di tahun 2020, tapi sudah balik untung di tahun 2021. Perubahannya cepat dan saya yakin 2022 keuntungannya akan naik lagi," tegasnya.
Manoj Punjabi merupakan salah satu contoh sosok yang sukses dalam bisnis tersebut. Memulai bisnis dengan susah payah, pandemi tidak mampu 'membunuh'nya. Cukup setahun rugi, MD Pictures sudah bisa membagi keuntungan tahun ini.
Perusahaan berkode saham FILM ini membagikan dividen untuk tahun buku 2020 sebesar Rp100 miliar setelah tahun sebelumnya tidak membagikan dividennya. Keputusan tersebut disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST & RUSLB) yang telah diselenggaraan pada 19 Agustus 2021 lalu.
Pembagian dividen tersebut juga tidak terlepas dari kinerja rumah produksi ini yang tumbuh positif. Pendapatan MD Pictures berlipat ganda dari Rp56,8 miliar pada semester I 2020 menjadi Rp126,4 miliar pada periode yang sama 2021, atau tumbuh sebesar 123 persen secara setahunan.
Kontributor utama pada angka penjualan ini adalah kategori film yang menyumbang 89,3 persen dari total penjualan, yang pada semester ini tercatat sebesar Rp112,8 miliar atau tumbuh 165,4 persen dibandingkan Rp 42,5 miliar pada tahun sebelumnya.
"Saya selalu percaya apa yang kita buat harus ada positif thinking. Saya percaya dunia hiburan tidak akan mati. Ini masalah perubahan, change. Kita bisa menerima perubahan itu atau tidak. Karena kita tahu di awal 2020 bulan Maret bioskop tutup. Setelah satu bulan saya mikir kita harus buat apa," katanya.
Kategori film terdiri dari pendapatan dari digital, film bioskop, dan televisi. Kontributor penjualan lainnya adalah sewa gedung dan sewa perlengkapan syuting.
"Sebelum pandemi sejatinya kami sudah siap membuat series My Lecturer My Husband. Itu tanpa order dari OTT, saya punya insting kita harus berubah jadi digital. Perubahan itu terjadi karena OTT berkembang jadi besar sekarang, iya trigger point-nya COVID-19," katanya.
BACA JUGA:
Direktur Utama MD Pictures itu mengaku sudah mempersiapkan tontonan digital sebelum COVID-19 datang. Tepat saatnya perubahaan dibutuhkan, MD Pictures yang menjadi gerbong perubahan industri hiburan tanah air di masa pandemi.
"Kami sudah siapkan serial ini 3-4 tahun yang lalu. Lagi nunggu saat yang tepat kapan tayang. Saat COVID-19 ini jadi unggul dan manfaat sekali. Dan MD Pictures cepat sekali mengubah strategi membuat series, My Lectures My Husband, Kisah untuk Geri dan lain-lain untuk WeTV jadi besar. Masuknya Disney+ jadi lebih besar lagi," paparnya.
FOKUS PADA DIGITAL
Manoj Punjabi memprediksi OTT akan terus berkembang pada masa depan. Pasalnya, pandemi Covid-19 sendiri masih tak bisa diprediksi kelanjutannya.
"Kalau saya lihat, OTT pasti berkembang. Bisnis model akan berkembang ke digital. Bioskop akan tetap ada, tapi bioskop akan jadi bisnis yang tetap menguntungkan. Bioskop lebih ke ekposure, image, dan lain-lain," jelasnya.
Visioner dan siap berubah, namun Manoj selalu melihat kemampuan dirinya ketika berjalan. Perkembangan OTT tidak membuatnya silau ingin melebarkan sayap ke penyedia layanan hiburan digital dengan gegabah.
"OTT itu membutuhkan dana yang sangat besar. Kami juga punya investasi di MOX dalam grup. Tapi OTT itu bukan yang menjadi keahlian kami, bukan prioritas. Keahlian kami ini software, kami membuat konten untuk layar lebar, untuk digital platform OTT. Kita nggak bisa lari dari kelebihan kita, keahlian kita, dan itu jadi kekuatan kam. Kalaupun nantinya kami ke OTT, itu jadi perahu yang beda," katanya.
Percaya diri dengan langkahnya, Manoj tak tanggung-tanggung ketika berinvestasi pada MD Pictures. Pria kelahiran 7 Desember 1972 ini rajin membeli saham MD Pictures.
"Saya merasa saya punya uang mending investasi ke sesuatu yang ada di tangan saya. Kecuali MD Pictures nggak produktif lagi, nggak mungkin saya mau nambah duit. Kalau saya masih beli saham MD Pictures ini saya merasa harganya murah, value masih under value dan punya potensi naik ke atas. Kenapa saya harus investasi di tempat lain kalau saya tahu ini punya potensi besar?" tegasnya.
Jujur, Manoj mengaku masih terus membeli saham MD Pictures sampai saat ini. "Itu tabungan saya juga. Ada kata-kata 'Don't put all eggs in one basket' tapi menurut saya kalau kita perform, kita harus berani investasi ke diri kita dulu. Karena kita yang menentukan, kita yang jadi tuan rumah, jadi pemegang bola. Potensinya ada, di krisis pun jalan, apalagi ini digital pertumbuhannya akan lebih lagi," katanya.
Fokus pada digital, suami dari Shania Lakhaiani ini melihat pandemi Covid-19 sendiri masih tak bisa diprediksi kelanjutannya. MD Pictures menetapkan langkah untuk menunda semua perilisan film-filmnya di bioskop.
"Cinta saya pada layar lebar itu sudah pasti, nggak ada duitnya pun saya akan tetap masuk di layar lebar. Itu sudah passion. Di layar lebar itu saya harus nunggu waktu. Saya lagi produksi terus, tapi untuk jadwal rilis saya mau nunggu dulu."
MD Pictures memilih menunda perilisan film andalannya di bioskop setelah melihat hasil Asih 2 yang kurang memuaskan. "Asih 2 itu produk baru lho. Saya sudah coba mengorbankan film Asih 2 dari Danur Universe yang hasilnya paling terbaik dari 1,5 tahun ini 350.000 penonton. Saya harapkan dapat satu juta penonton tapi cuma dapat segitu. Paling tertinggi di Indonesia saat pandemi, tapi saya nggak puas," kenangnya.
Oleh sebab itu Manoj Punjabi memilih untuk sabar dan menunggu sebelum merilis film-film barunya, termasuk KKN di Desa Penari. "Saya tunggu dululah, kalau film top dapat segitu, image-nya jelek. Saya nggak mau bakar film saya, saya nunggu biarin yang lain masuk dulu," kata Manoj Punjabi.
Manoj Punjabi melihat industri hiburan tanah air terus berkembang positif. Banyaknya tunas muda dari YouTuber yang membuat perusahaan hiburan adalah salah satu bukti, keberhasilan mereka, bisa menguatkan posisi industri entertaiment tanah air.
"Siapapun anak muda, YouTuber yang bisa sukses dan menembus market hiburan itu baik buat kita. Kita tumbuh bersama. Menurut saya, kebutuhan penonton dalam negeri itu yang utama. Kualitas naikin, bugjet naik, konten lebih bagus, otomatis akan travel. Bisa disukai di luar negeri itu bonus," jelasnya.
Antares, salah satu serial MD Pictures, telah membuktikan jalan keberhasilan di Indonesia bisa melebar hingga ke Malaysia. "Antares itu diterima di Malaysia. Ini serial Cinta Fitri saya yakin bisa diterima di Malaysia, Singapura. Karena sebelumnya sinetronnya sudah populer di sana. Untuk bisa travel ke China dan negara lain itu tinggal tunggu waktu. Target saya bukan kesana, Indonesia dulu. Bonus baru keluar negeri," ujarnya optimistis.
Mau sukses juga? Ikuti tiga kunci sukses membuat hiburan untuk Indonesia dari Manoj Punjabi berikut ini.
"Kalau ngomong hiburan harus ada tiga kombinasi yaitu realita, harapan, mimpi. Jangan sampai orang nggak mimpi, nggak ada visinya. Kalau realita itu grounded, budaya kita angkat. Kalau mimpi produk asing bisa kasih, tapi realita harus dengan budaya sendiri supaya related ke penonton," pungkas Maoj Punjabi.