JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk berencana mendiversifikasi bisnisnya ke segmen energi hijau "Adaro Green Initiative" yang dirancang menjadi pilar bisnis ke-9 perusahaan pertambangan batu bara terbesar kedua di Indonesia itu.
"Pada tahun ini Adaro Green Initiatiatif akan terealisasi," kata Presiden Direktur Adaro Energy, konglomerat Garibaldi Thohir dikutip dari Antara, Selasa 20 April.
Segmen ini, kata Garibaldi Thohir, melengkapi delapan pilar bisnis lainnya, yakni Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital, dan Adaro Foundation.
Garibaldi Thohir menyebutkan salah satu bentuk energi hijau yang akan digeluti emiten bersandi ADRO ini adalah biomassa dengan memanfaatkan wood pellet dan limbah kelapa sawit.
"Perusahaan yang menjalankan energi hijau tersebut bisa melibatkan anak usaha, mengambil alih perusahaan lain, bermitra dengan pihak lain. Ketiga-tiganya kami lakukan," ujarnya.
Garibaldi yang akrab disapa Boy Thohir ini menyebutkan di sejumlah negara sejumlah mitra Adaro sudah mulai mengombinasikan antara batu bara dan biomassa sebagai bahan bakar. Pasalnya, secara emisi pun, zat buang yang dihasilkan biomassa tergolong lebih ramah lingkungan.
"Dalam memasuki bisnis energi hijau ini dilakukan serius dengan ukuran yang pasti besar. Energi hijau sesuai dengan visi perusahaan mendukung perkembangan dunia ke arah yang lebih hijau, dan memberikan manfaat untuk Indonesia dan dunia," katanya.
Selain itu, Adaro juga berpeluang mengembangkan energi hidrogen yang merupakan bahan bakar masa depan, seperti yang telah dilakukan perusahaan global, antara lain Toyota, Hyundai, dan Honda.
BACA JUGA:
"Hidrogen itu sudah dikembangkan di sejumlah negara. Kami lagi lihat juga peluang pada energi hidrogen," katanya.
Pada segmen pembangkit listrik, Adaro juga menjajaki pembangkit listrik tenaga solar, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan pembangkit listrik tenaga angin yang pada solar panel dan pembangkit tenaga air.
Meski Boy membeberkan masuk ke industri energi hijau, Adaro tetap tidak meninggalkan semua bisnis batu bara yang selama ini menjadi tulang punggung perusahaan.
Menurut catatan, Adaro menargetkan total volume produksi batu bara pada tahun 2021 sebesar 52 juta ton sampai 54 juta ton pada tahun 2021.
Sementara itu, produksi batu bara kalori tinggi (coking coal) pada tahun 2021 ditargetkan sekitar 2,4 juta ton sampai 2,5 juta ton, meningkat dua hampir kali lipat dibanding realisasi produksi pada tahun 2020 sekitar 1,5 juta ton.