JAKARTA - Menggunakan kemeja biru muda, Gubernur Anies menduduki kursi di sebuah pendopo kayu sambil menceritakan kondisi masyarakat di Kepulauan Seribu. Anies bermonolog dalam video yang diunggah akun YouTube Anies Baswedan.
Mengawali pembicaraan, Anies mengungkapkan pernah ada ketimpangan antarnegara lewat penyebutan dunia pertama, dunia kedua, dan dunia ketiga. Empat dekade berlalu, ketimpangan menyempit ke konteks lebih kecil: ketimpangan di suatu negara.
Ketimpangan terjadi antardaerah, yang terlihat dalam suatu kota. Ia mencontohkan kondisi di DKI Jakarta. Ketika perkembangan di lima kota administrasi terus melaju, satu kawasan tertinggai. Daerah tersebut adalah Kepulauan Seribu.
"Di dalam Kota Jakarta sendiri, yang disebut sebagai Provinsi DKI jakarta, itu ada 5 kota dan 1 kabupaten. Nah, ketimpangan antar kota dan kabupaten terasa makin luas. Kota nya mengalami perkembangan, tapi kabupatennya justru stagnan," ucap Anies dalam tayangan Youtube yang berjudul Buat Jauh Jadi Dekat #DariPendopo.
Dari masalah ini Anies memaparkan sejumlah program peningkatan kesejahteraan warga Kepulauan Seribu. Mulai dari pemenuhan kebutuhan air bersih, listrik, hingga fasilitas penyediaan kebutuhan pokok.
Melanjutkan, Anies juga memberi pesan kepada seluruh penduduk di Indonesia bahwa ketimpangan di Jakarta bisa diatasi. Begitu pula dengan daerah lain di Indonesia.
"Kalau kita membicarakan Kepulauan Seribu bukan semata-mata menangani Jakarta. Ini membawa pesan optimis pesan positif bagi seluruh Indonesia," tutur Anies.
Semiotika Lukisan Diponegoro
Yang menarik perhatian dalam tayangan di YouTube Anies itu adalah lukisan Pangeran Diponegoro yang dipajang di dinding pendopo. Setiap kamera menyorot dari sisi kiri Anies, lukisan tersebut tampak menonjol di dinding cokelat pendopo.
Pahlawan bernama lengkap Pangeran Harya Dipanegara dikenal sebagai pemimpin yang memiliki kecintaan tinggi atas Tanah Air. Pangeran Diponegoro, yang hidup pada zaman kolonial juga memiliki sifat jujur, berani, dan rela berkorban untuk kepentingan masyarakat.
Ada konsep semiotika yang bisa ditangkap lewat lukisan Diponegoro yang terpasang di dinding pendopo Anies. Sebagai bahasa visual, penyematan lukisan Diponegoro ke dalam komposisi gambar dapat dimaknai sebagai komunikasi politik. Anies ingin membangun citranya sebagai representasi sosok Diponegoro di mata publik.
"Melalui YouTube, Anies Baswedan berusaha membangun imaji sebagai seorang Raja Jawa dengan mengambil latar belakang pendopo dan lukisan Pangeran Diponegoro," tutur pengamat politik dari LIPI, Wasisto Raharjo Jati kepada VOI, Selasa, 14 Desember.
Masih jelas dalam ingatan bagaimana kondisi perpolitikan Pemilihan Gubernur 2017 di Jakarta. Lekatnya Anies dengan orang-orang (eks) Front Pembela Islam (FPI) menyeret 'label konservatif' ke dahinya.
Menuju Pilpres 2024, Anies dianggap ingin menghilangkan cap tersebut. Hal ini penting demi menarik simpati masyarakat yang antipati dengan kelompok pendukung terdahulunya.
"Karenanya, Anies berusaha mengembalikan diri sebagai calon pemimpin yang inklusif dan pengayom dengan senantiasa menekankan kesetaraan dan kesempatan. Hal ini digunakan untuk mengubah perseosi publik yang sudah telanjur melabelisasi Anies dekat dengan kelompok konservatif," jelas Wasis.
Lalu, soal pembahasan pengentasan ketimpangan di Kepulauan Seribu dengan lima kota di DKI Jakarta. Narasi itu diangkat sebagai upaya Anies memoles diri sebagai calon pemimpin Indonesia di masa depan.
Narasi keberhasilan pembangunan Kepulauan Seribu diibaratkan sebagai miniatur Indonesia. Syukur-syukur, kata Wasis, citra Anies bisa diperbaiki sehingga partai politik akan semakin melirik menggaetnya sebagai calon presiden di kontestasi politik 2024.
"Untuk saat ini lebih pada perbaikan citra diri dulu. Karena semisal sudah terbentuk citra positif yang semakin baik, maka berpotensi mengatrol popularitas sekaligus elektabilitas. Dari situlah parpol-parpol akan tertarik pada sosok Anies," ungkap Wasis.
*Baca Informasi lain soal ANIES BASWEDAN atau baca tulisan menarik lain dari Diah Ayu Wardani.