JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merenovasi 40 rumah warga yang berada di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Bukan rumah pada umumnya, konsep rumah ini menggunakan model rumah panggung yang bertujuan mengantisipasi banjir.
Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah mengatakan, kebijakan ini jelas keliru karena bukan solusi mengatasi banjir yang dihadapi warga Jakarta. Lagipula, pembangunan rumah panggung hanya 40 unit, sementara warga yang berada di titik rawan banjir jauh lebih banyak.
"Ini kebijakan diskriminatif karena menimbulkan kecemburuan dari warga lain karena jumlahnya cuma 40. Jadi warga lain yang kebanjiran itu kan banyak dan saya rasa itu juga gak selesaikan masalah," terang Trubus saat dihubungi VOI, Rabu, 7 April.
Bila ingin adil, Anies Baswedan harusnya membangun rumah model panggung untuk semua warga korban banjir. Sementara untuk kebijakan yang lebih komperhensif seperti relokasi warga ke rusunawa kenapa tidak dilakukan.
Menurut Trubus, bila rumah panggung bisa 'menyelamatkan' warga dari banjir lantas bagaimana dengan akses sekitar rumah?
"Kalau dibuatkan rumah panggung tetapi di daerahnya juga banjir, ya sama saja bohong. Tarolah orang tidak kebanjiran karena rumahnya nongkrong atau nangkring di atas air, tetapikan aktivitas sehari-harikan tetap lumpuh, tidak bisa berbuat banyak," terang dia.
BACA JUGA:
Trubus menambahkan, beberapa kebijakan Anies memang kontroversial, tidak solutif dan bersifat jangka pendek. Dia menyarankan agar Anies fokus dalam merelokasi warga yang berada di titik rawan banjir.
Hal ini sama seperti yang dilakukan gubernur sebelum Anies, misalnya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Memang gubernur paling kontroversial karena kebijakannya lucu, tidak solutif dan jangka pendek. Engga ada urgensinya sekedar penuhi popularitas dan sifatnya jangka pendek," terang Trubus.
Rumah model panggung yang dibuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk sejumlah warga Kampung Melayu, Jakarta Timur menuai kritikan.
Anies merenovasi sekitar 40 rumah warga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan konsep rumah panggung. Sejumlah rumah itu berada di RT 13 RW 04, RT 11 RW 05 dan RT 06 RW 05.
"Dibuatkan rumah panggung, bagian bawahnya dibuat setinggi 3,5 meter," kata Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar. Anwar menyebut, rumah yang direnovasi merupakan daerah rawan banjir. Renovasi dengan konsep rumah panggung sengaja dibuat untuk mengatasi persoalan banjir di permukiman warga Kebon Pala.
Sementara, lanjut dia, anggaran pembangunan rumah panggung tersebut bersumber dari dana hibah Baznas (Baziz) DKI. Namun, Anwar tidak merinci nominal anggaran tersebut.
"Anggarannya dari Bazis (Badan Amil Zakat) Pemprov DKI. Nanti selain dijadikan hunian konsep rumah panggung ini bisa dimanfaatkan sebagai ruang interaksi sosial," ucap Anwar.
Pembangunan rumah panggung dimulai pada 31 Maret 2021. Ditargetkan, rumah itu rampung sebelum Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah pada Mei mendatang.