Pemimpin Kelompok YPG Sebut Amerika Serikat Tetap di Suriah untuk Perangi ISIS
JAKARTA - Amerika Serikat akan terus memainkan peran di Suriah untuk memerangi Daesh atau ISIS dan membangun infrastruktur, Ilham Ahmed, salah satu pemimpin kelompok teroris PKK sayap Suriah, YPG, mengatakan pada Hari Kamis, menggarisbawahi bahwa Washington menunjukkan komitmen yang jelas.
"Mereka berjanji untuk melakukan apa pun untuk menghancurkan ISIS dan bekerja untuk membangun infrastruktur di timur laut Suriah," sebut Ahmed kepada Reuters seperti mengutip Daily Sabah 7 Oktober, usai pertemuan di Washington dengan perwakilan Gedung Putih, Departemen Luar Negeri dan Pentagon.
"Mereka mengatakan akan tinggal di Suriah dan tidak akan mundur, mereka akan terus memerangi ISIS," ujar Ahmed, menggunakan nama alternatif untuk Daesh.
"Sebelumnya mereka tidak jelas di bawah (mantan Presiden Donald) Trump dan selama penarikan Afghanistan, tetapi kali ini mereka membuat semuanya menjadi jelas," sambungnya.
Sementara, mengutip Reuters, Ahmed yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow bulan lalu mengatakan, mereka juga telah berbicara dengan Rusia, 'pemain utama di Suriah', dan juga siap berdialog dengan Iran.
PKK adalah organisasi teroris yang diakui di Amerika Serikat, Turki dan Uni Eropa. Dukungan Washington terhadap mereka, menyebabkan ketegangan dengan Ankara.
Baca juga:
- Kapal Selam Nuklir USS Connecticut (SSN-22) Tabrak Objek Bawah Air di Laut China Selatan, AS Gelar Penyelidikan
- Bentuk Unit Khusus Hadapi Tantangan Keamanan dari Beijing, Direktur CIA Sebut Ancaman dari Pemerintah China
- Aparat Keamanan Nigeria Berhasil Bebaskan 187 Warga yang Diculik Geng Bersenjata
- Inggris Coret Indonesia dari Daftar Merah Perjalanan, Berlaku Pekan Depan
Amerika Serikat terutama bermitra dengan YPG di timur laut Suriah dalam perjuangannya melawan kelompok teroris ISIS. Di sisi lain, Turki sangat menentang kehadiran YPG di Suriah utara.
Ankara telah lama keberatan dengan dukungan AS untuk YPG, sebuah kelompok yang menjadi ancaman bagi Turki dan yang meneror penduduk setempat, menghancurkan rumah mereka dan memaksa mereka untuk melarikan diri.