7 Efek Negatif dari Rasa Marah, Bisa Menurunkan Kondisi Kesehatan

JAKARTA – Perasaan memang tak baik disimpan, tetapi perlu dirilis dengan cara yang tepat. Rasa marah, misalnya, kerap diekspresikan dengan membentak maupun melakukan hal-hal yang merusak. Nah, kemarahan sendiri ternyata berefek besar pada kesehatan lho.

Dilansir Everyday Health, Rabu, 6 Oktober, berdasarkan fakta menunjukkan bahwa dengan marah seseorang bisa berpikir lebih rasional. Namun ketika marah dengan cara yang tidak sehat, misalnya menahan kemarahan dan sebaliknya, meledak parah bisa mendatangkan malapetaka pada kesehatan Anda.

JIka kesabaran Anda mulai menipis, maka mengolah dan mengisinya kembali bisa jauh dari 7 efek negatif berikut di bawah ini.

1. Berisiko pada jantung

Menurut Chris Aiken, MD., seorang instruktur dan psikiatri klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest dan direktur Mood Treatment Center di North Karolina, kemarahan paling merusak jantung. Dalam dua jam setelah kemarahan meledak, seseorang berkemungkinan mengalami serangan jantung dua kali lebih hebat. Sedangkan menahan kemarahan juga bisa menyebabkan risiko yang sama.  

2. Meningkatkan risiko mengalami stroke

Sebuah studi menemukan ada risiko tiga kali lebih tinggi yang dialami seseorang ketika sering marah. Risiko mengalami pembekuan darah pada otak atau pendarahan di dalam otak sehingga memicu stroke. Mary Fristad, Ph.D., seorang profesor psikologi dan psikiatri di Ohio State University, menyarankan Anda harus mempertimbangkan strategi koping yang positif sehingga mengurangi risiko kesehatan menurun.

3. Melemahkan sistem kekebalan tubuh

Mengingat pengalaman yang menyulut kemarahan saja, menurut penelitian dari Universitas Harvard, bisa menurunkan tingkat antibodi immunoglobulin A selama 6 jam. Strategi koping yang disarankan oleh Fristad antara lain berkomunikasi dengan tegas dan memecahkan masalah secara efektif.

Bahkan Fristad juga menyarankan menggunakan humor untuk merilis kemarahan. Ia juga menganjurkan untuk menyusun ulang pikiran yang hitam-putih atau salah-benar, menjadi lebih heterogen. Tapi langkah pertama yang perlu dilewati adalah harus tahu cara menenangkan diri.

4. Kecemasan meningkat

Kemarahan dan kecemasan adalah sepasang persoalan yang bisa berjalan beriringan. Sebuah studi tahun 2012 dalam jurnal Cognitive Behavior Therapy menemukan bahwa kemarahan dapat memperburuk gejala kecemasan umum.

5. Kemarahan juga berkaitan dengan depresi

Aiken menyarankan, bagi seseorang yang emosional atau gampang marah, perlu menyibukkan diri dengan aktivitas yang positif untuk menghindari risiko overthinking hingga mengalami depresi. Aktivitas positif tersebut berguna menarik fokus sehingga enggak ada ruang untuk emosi membara dalam kepala maupun dada.

Ilustrasi meredakan rasa marah (Unsplash/Jonas Vandermeiren)

6. Menurunkan fungsi paru-paru

Sekelompok ilmuwan di Universitas Harvard melibatkan 670 partisipan pria selama 8 tahun untuk mengukur tingkat kemarahan dan menilai perubahan apa yang terjadi pada paru-paru mereka.

Pria yang punya tingkat permusuhan buruk secara signifikan berisiko mengalami masalah pernapasan. Peningkatan hormon stres ketika merah berefek pada peradangan disalah satu saluran pada paru-paru.

7. Kemarahan mempersingkat hidup

Fristad menambahkan, stres dan marah bisa memperpendek usia Anda. Studi yang membuktikan temuan tersebut dilakukan Universitas Michigan selama 17 tahun dan menemukan bahwa pasangan yang menahan amarah memiliki rentang hidup lebih pendek. Sedangkan pasangan yang mampu mengomunikasikan secara positif lebih bahagia dan berusia lebih panjang.

Bagaimana cara mengelola emosi agar kemarahan tidak meledak dan menurunkan kualitas kesehatan baik fisik maupun mental? Ikuti ulasannya di VOI.