Agung Podomoro Land, Pengembang Properti Milik Konglomerat Trihatma Haliman Ini Rugi Rp407 Miliar di Semester I 2021
JAKARTA - Pengembang properti PT Agung Podomoro Land Tbk mengalami periode yang kurang baik di enam bulan pertama tahun ini. Pasalnya, pendapatan emiten berkode saham APLN ini tercatat turun dan masih mencatatkan rugi di semester I 2021.
Dalam laporan keuangan APLN, dikutip Selasa 31 Agustus, perusahaan properti milik konglomerat Trihatma Haliman ini mencatatkan pendapatan senilai Rp1,55 triliun atau turun 9,73 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1,72 triliun.
Penurunan pendapatan ditambah rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun membengkak hingga Rp407,56 miliar dibandingkan rugi sebelumnya Rp3 miliar. Adapun, penjualan APLN secara total masih mengalami penurunan pada periode Januari - Juni 2021 walaupun penjualan rumah menguat signifikan.
Penjualan tercatat turun 6,43 persen menjadi Rp1,04 triliun dari sebelumnya Rp1,11 triliun. Di dalamnya terdapat penjualan rumah tinggal senilai Rp421,59 miliar atau naik 1.126 persen dibanding semester I 2020 senilai Rp34,38 miliar.
Baca juga:
- Agung Podomoro, Pengembang Properti Milik Konglomerat Trihatma Haliman Raup Pendapatan Hampir Rp5 Triliun di 2020
- Rumah Tapak Jadi Andalan Penjualan Agung Podomoro, Perusahaan Properti Milik Konglomerat Trihatma Haliman di Semester I 2021
- Agung Podomoro Milik Konglomerat Trihatma Haliman Ini Ratingnya Diturunkan Moody's Menjadi Caa1 dengan Outlook Negatif
- Agung Podomoro Jual Aset yang Berada di Central Park Jakarta
Namun, penjualan apartemen terpantau turun 44,07 persen menjadi Rp554,30 miliar serta penjualan kios dan gerai turun 43,30 persen menjadi Rp42,37 miliar.
Sementara itu, segmen pendapatan berulang yang terdiri dari sewa, hotel, dan lain-lain turun 15,80 persen menjadi Rp506,48 miliar dari sebelumnya Rp601,56 miliar.
Total aset Agung Podomoro Land terpantau turun 0,36 persen dari posisi akhir tahun lalu menjadi Rp30,28 triliun. Ekuitas turun 3,72 persen year-to-date menjadi Rp10,93 triliun dan liabilitas naik 1,64 persen ytd menjadi Rp19,34 triliun.