Marak Hoaks Vaksinasi di Riau hingga Sarankan Minum Air Kelapa, Dampaknya Banyak Lansia Enggan Disuntik
PEKANBARU - Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan COVID-19 Riau hingga kini telah mengumpulkan sebanyak 500 laporan informasi hoaks yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi COVID-19.
"Sebanyak 500 lebih informasi hoaks yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi tersebut terutama hoaks bertujuan negatif yang dampaknya mengakibatkan orang tua atau lansia dan orang komorbit tidak mau divaksin," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Riau, dr Indra Yovi dikutip Antara, Senin, 21 Juni.
Menurut dia, informasi hoaks soal vaksinasi ini perlu diluruskan karena dampak negatifnya cukup besar terhadap pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
"Ini penting sekali untuk diluruskan. Setiap hari saya menerima informasi hoaks itu, terutama di WA Group, Facebook melalui pesan berantai. Modelnya macam-macam, ada yang mengatakan kalau divaksin tidak boleh dibius, akan tetapi tidak mungkin orang sakit gigi tidak dibius, tentu sakit. Ini tidak benar," ujar Indra.
Baca juga:
- Pemerintah Bakal Siapkan Tempat Isolasi Terpusat, Menkes: Pemenuhan Makanan Dilakukan Gotong Royong
- COVID-19 Menggila, Dinkes Jakarta: Ruang Isolasi Terisi 90 Persen, ICU 81 Persen
- Gibran Rakabuming Raka: Pelaku Perusakan Makam di Solo Segera Diproses Sesuai Hukum yang Berlaku
- Gandeng BW dan Febri Diansyah, Denny Indrayana Resmi Gugat Pilgub Kalsel ke MK
Ada juga menurut Indra yang meneruskan informasi hoaks dengan mengatakan setelah divaksin dianjurkan minum air kelapa agar vaksinnya tidak bereaksi.
“Ini hoaks yang luar biasa,” kata dia.
Baca juga:
- Pemerintah Bakal Siapkan Tempat Isolasi Terpusat, Menkes: Pemenuhan Makanan Dilakukan Gotong Royong
- COVID-19 Menggila, Dinkes Jakarta: Ruang Isolasi Terisi 90 Persen, ICU 81 Persen
- Gibran Rakabuming Raka: Pelaku Perusakan Makam di Solo Segera Diproses Sesuai Hukum yang Berlaku
- Gandeng BW dan Febri Diansyah, Denny Indrayana Resmi Gugat Pilgub Kalsel ke MK
Yovi menyatakan sejauh ini pelaksanaan vaksin gotong royong di Riau menggunakan jenis vaksin Sinovac.
"Vaksin Sinovac secara umum efektifitasnya 67 persen. Efektifitas vaksin akan terbentuk antibodi setelah 28 hari vaksin kedua. Jadi kalau ada hoaks, saya sudah vaksin pertama, kok kena COVID-19. Tentu itu wajar karena belum ada antibodi yang terbentuk secara maksimal," katanya.
Jadi untuk masyarakat, katanya, walaupun sudah vaksin pertama dan kedua harus tetap menjalankan protokol kesehatan. Jangan berpikir setelah divaksin bisa semaunya tanpa mematuhi protokol kesehatan.
"Artinya sebelum ada pencabutan protokol kesehatan, masyarakat wajib memakai masker dan menjauhi kerumunan," sambung dia.